(Dwi Kirana LS)*
Setiap orang tua mendambakan agar anak-anaknya bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berbakat. Pertanyaannya berlebihankah mengidamkan anak yang mampu mendapatkan nilai ulangan yang bagus, menjadi bintang pelajar ataupun terpopuler dikalangan teman sebayanya dan guru. Saat berada di rumah, anak bisa diandalkan untuk melakukan kegiatan yang bersifat membantu orang tua dalam memasak, merapikan tempat tidurnya sendiri, membersihkan halaman rumah hingga menjaga rumah disaat orang tuanya keluar, juga sifat jujur, berintegritas dan komitmen dalam setiap penyelesaian tugas secara mandiri dan kreatif serta penuh percaya diri yang melekat dalam kepribadian anak sehingga kehadirannya menjadi bermanfaat untuk dirinya pribadi, orang tua, bangsa dan agamanya. Apakah sosok pribadi sempurna itu ada pada diri, keluarga dan anak-anak kita yang menjadi idaman setiap orang?
Berbagai keluhan dari penuturan kebanyakan orang tua bila dibuat daftar masalah dengan pengklasifikasiannya menurut ragam kecerdasan anak-anak mereka sebagaimana berikut.
Pertama, perilaku anak Insting sering bertengkar, terlihat tidak punya prinsip, tidak ada kemauan jika melakukan sesuatu terkesan setengah-tengah dan kata orang madura ‘kardiman’ (berbuat semau atau semua mau).
Kedua, perilaku anak Intuiting itu tidak teratur dan aneh, tidak realistik, tidak praktis, terlalu berangan-angan, sangat kompleks dan teoritis.
Ketiga, perilaku anak Sensing yang terlihat tidak imajinatif dan kreatif, membosankan dan tidak mau mengenal hal baru, tidak menarik, tidak bervisi ke depan dan dangkal.
Keempat, perilaku anak Feeling tidak logis, emosional, lemah, dan histeris.
Kelima, perilaku anak Thinking terlihat subjektif, dingin, tidak sensitif, tidak perhatian, raja tega dan keras kepala.
Hati orang tua mana yang tidak risau melihat kenyataan yang ada pada anak-anak mereka bila terlihat memiliki masalah diatas, tentu banyak pihak yang meragukan kesungguhan orang tua dalam mengupayakan anaknya menjadi pribadi yang unggul ataupun berprestasi. Hal tersebut sering diangkat oleh para konsultan dan pakar termasuk penemu mesin kecerdasan STIFIn Farid Poniman. Master coaching yang tinggal di Malasia ini memberi keteladanan sebagai upaya melejitkan prestasi NJ putri sulungnya dalam mengejar prestasi renang hingga menjadi juara dunia . Master PhD ini mengatakan bahwa: ‘masih ingat rumusan usaha dalam fisika, yakni usaha sama dengan gaya dikali jarak. Jadi kalau energi yang dikeluarkan tidak berhasil menciptakan jarak masih disebut gaya. Makanya, kalau berusaha yang betul supaya prestasinya bisa bergerak. Kalau tidak cuma bergaya dalam menjalankan program saja.’
Mungkinkah Anda termasuk orang tua yang belum menemukan blue print kesuksesan diri sebagai orang tua, dengan berbagi pengalaman dari orang lain yang telah menginspirasi banyak orang dan semoga penulispun tetap berada pada zona kesuksesan yang akan meretaskan jalan pembuka pintu depan menuju karpet merah dengan perasaan syukur dan ilmu yang memadai untuk tetap berusaha berjalan pada karpet itu. Sebagai orang tua yang merasakan hadirnya Dzat yang memberi kesempurnaan di dalam dirinya melalui sebuah proses yang terdisain secara sempurna dari kadar penciptaan khaliqnya, Dzat yang maha kuasa atas makhluk ciptaannya sebagai sesosok makhluk yang spesial ‘ahsani taqwin’ (Qs 95:4 _sesempurna bentukan) yang namanya manusia punya brain yang dengan itu Tuhan memberikan khasiat pada otaknya suatu potensi pengikat pemahaman kepadanya, ketika hendak memenuhi kebutuhan fisik dan naluri. Meskipun sang Khaliq menyatakannya ‘kabadin’(Qs.90:4_susah), hal tersebut karena manusia itu tercipta dari saripati unsur terkecil alam semesta (mikrokosmis) dalam analog ragam kecerdasan seperti tanah, besi, air, kayu dan api. Padahal penciptaan alam semesta jauh lebih besar, tetapi hal ini bagi Tuhanku cukup mengatakan: ‘kun fa yakun’ (Qs. 2:117_Jadi maka jadilah) tengok terjamah surat lainnya dalam al Mukmin ayat 57, Yasin ayat 80-81, dan al Mu’minun ayat 12 serta al A’raaf ayat 11.
Adapun yang dimaksud dengan zona kesuksesan adalah apabila para orang tua mampu menggunakan energinya untuk melangkah dalam suatu pergerakan menuju hasil yang luar biasa, yakni memiliki keturunan yang sesuai dambaan, sebagai sesuatu yang indah dipandang mata. Karena itu fokuskan perhatian terhadap diri sendiri (Qs 21:2) bagaimana Anda sebagai orang tua mengetahui jati diri dengan ukuran prevalensi yang sangat jelas dari ragam kecerdasan yang mencerminkan keyakinan Anda, kemampuan dan dapat menggambarkan prospek diri pribadi hingga merasakan kemistri mesin kecerdasan yang Anda punya didalamnya, dan bagaimana pasutri (pasangan suami istri) merealisasikan suatu usaha yang berbeda (Qs. 91:3-4) untuk melejitkan potensi kecerdasan atau bakat yang bersifat bawaan sejak dalam rahim, sebagaimana kata Buya Hamka dalam tafsirnya terhadap kalimah ‘syaakilatihi’ pada surat Isro’, sehingga dengan begitu Anda sebagai orang tua dapat berinvestasi pada segala kelebihan yang Anda miliki.
Disainlah hidup Anda yang bagus mulai dari proses, profesi dan output-nya sejalan dengan mesin kecerdasan. Penulis adalah orang Thinking Introvert (Ti) dan istri yang bermesinkan Sensing Introvert (Si) ditakdirkan dalam jodoh untuk saling mendukung, kemudian Tuhan juga mentakdirkan dengan memberikan keturunan anak yang bermesinkan Intuitung Introvert (Ii) bagi saya di dalam ketiga unsur (alam semesta, symbol jari jemari dan intisari diri) yang terdapat lima jenis mesin kecerdasan adalah anologi tahta dan harta, bagus dalam memiliki anak dengan protege I. Inilah modal besar kesesuaian mesin kecerdasan dalam keluarga saya sebagai habitat yang pas yang penulis syukuri sebagai karunia dari Dzat yang maha pemberi kesenangan dan kebahagian dengan menambahkan karunia-Nya pada kelimpahan putri dan putra yang kemistrinya dilimpahi harta (sensing extrovert).
Ya Tuhan saksikanlah, untuk menjadi Ayah dan Suami yang Ok, pertama penulis memagang komitmen untuk meraih kepercayaan anak, menghargai pendapatnya, bersikap jujur dan terbuka, dan senantiasa bekerjasama dengan istri dalam melijitkan potensi kecerdasan anak yang pertama intuiting, yakni dengan melakukan hal pembicaraan pada gambaran besar dan implikasinya, kemungkinan, juga pemakaian analogi dan metaphor, juga menggali pilihan/alternatif, menggugah imajinasinya dan tidak membebaninya dengan detil. Putri sulung saya itu bernama Zakiyah, tahun depan masuk SMP. Dia berkeinginan menjadi dokter namun disaat yang lain dia ingin pula menjadi Chef. Alhamdulillah selama proses belajar di SD Al Irsyad peringkat kelasnya masih masuk dalam the best ten, terakhir dalam tryout yang diselenggarakan sebuah bimbingan belajar terkemuka yang memiliki cabang di banyak provinsi di Indonesia. Zakiyah dapat melesat mengungguli teman kelasnya yang selama ini langganan menjadi juara kelas, tentunya setelah Zakiah dapat mengoptimalkan mesin kecerdasannya.
Terhadap istri penulis yang kelebihannya efisien (hemat) dan kedua anakku yang sedikit ada sifat borosnya dari mesin kecerdasan sensing (extrovept) lawan dari kelebihan dari introvertdari mesin tersebut, berbicara dengannya menyatakan suatu tema dengan jelas, sajikan fakta dan contoh, memberikan informasi secara bertahap, menekankan pada aplikasi praktis, dan selalu menyelesaikan kalimat jika berkomunikasi, juga menyertakan pengalaman nyata. Seperti dinyatakan dalam lembar lampiran tes STIFIn bahwa intisari diri kedua anakku adalah mencari ladang untuk menanam uang. Kedua putraku, himmah dan hajir kesehariannya sering meminta untuk beli-beli (jajan, dsb) namun semenjak mesin kecerdasannya diketahui maka tugas penulis untuk melejitkannya untuk berubah. Hasilnya mereka terbiasa untuk menabung bahkan Dzulhijah 1423 H tahun ini keduanya bisa menyembelih hewan kurban, Subhanalloh.
Ketiga, Penulis berupaya memiliki kepekaan sosial dengan mengasah profesi sebagai promotor STIFIn. Saya bertekat untuk turut mensukseskan terwujudnya peradapan yang gemilang sukses-mulia dengan berbagi tips suksesan sebagai orang Thinking. Saran penulis agar mereka yang memiliki mesin seperti penulis dapat menerjunkan diri untuk menjadi orang yang terorganisir dan logis, melakukan pertimbangkan sebab akibat, memfokuskan pada konsekuensi, biasakan dengan menekankan pada aplikasi praktis, tidak membuat pertanya an apa yang “dirasa” tapi apa yang dipikirkan, dan jangan mengulang. Ciri sukses belajar orang Thinking adalah diberi recognition oleh orang yang dihormatinya berikut petikan apresiasi letterPimpinan RS Paru Dr Arya Sidemen, SE,. MPH,. MBA terhadap penulis : “Dwi ini orangnya peduli… Apa yang dipelajarinya, bagaimana dia mencoba menerapkan dalam hidup kesehariannya dia tularkan kepada orang lain, orang banyak, baik melalui diskusi maupun penulisan-penulisannya. Dwi orangnya ulet dan selalu berupaya untuk didengar. Demi kebaikan, demi keyakinannya” (April 2011).
Keempat, hal yang untuk dilakukan penulis terhadap protege feeling dengan mengatakan saya setuju dengannya terkait hal yang mubah, berupaya menghargai usaha dan kontribusi mereka, mengenali legitimasi perasaannya, membicarakan tentang kepedulian, tersenyum dan pelihara kontak mata jika berkomunikasi dengannya serta ramah dan penuh pertimbangan.
Kelima, hal yang untuk dilakukan penulis terhadap protege insting dengan berbicara straight to the point dg lembut, menghindari pembahasan permasalahan yang rumit, menyederhanakan kata dengan tidak bersayap serta kalimat yang efektif melalui penyelesaian kalimat dan tanggapan yang persis yang dia inginkan (tanya harga jawab harga). Wallohu A’lam bi Showab.
*(Penulis merupakan kepala keluarga Idiologis tinggal di Jember Jawa Timur)